Cinta Terlarang!
Juni 29, 2018Sumber : Pixabay.com |
Brewok.
Itulah yang terpikirkan ketika aku bertemu
dengannya. Berekspresi datar tapi kadang dia mengumbar senyuman kepada lawan
bicaranya. Bertubuh lebih tinggi beberapa centimeter dari tubuhku yang hanya
satu setengah meter kurang nol koma lima centimeter.
Celana jeans yang terlipat karena kepanjangan dan kaos
oblong hitam menjadi gayanya, ditambah sepatu cokelat dan aksesoris berupa jam
tangan digital di tangan kirinya membuatnya terlihat biasa saja. Iya biasa
saja. Tetapi ternyata, ada hal tak biasa darinya dan berhasil menculik beberapa
baris rasa dariku, setelah beberapa hari lamanya.
Suka? Cinta? Entahlah. Tapi sepertinya iya, dan mungkin
saja.
Kami bertemu sekali, di hari itu saja, bukan beberapa hari
lalu, tapi dulu. Setahun lalu mungkin, bukan, belum ada setahun. Hanya beda
tahun saja di antara gerombolan pria tampan dan wanita ayu di puncak keramaian
kota.
Aku tak mengenalnya, hanya tahu saja. Hanya tahu saja.
Tapi, bukankah aneh, kenapa aku tertarik padanya? Padahal,
jelas – jelas kita tak pernah bertemu. Maksudnya hanya sekali bertemu. Dan...
kita juga pernah bertemu, kedua kalinya, hanya saja bukan di dunia nyata, face
to face, melainkan menggunakan bahasa dengan gambaran emosi yang tertuang
dalam kata.
Sudahlah. Aku tak ingin menganggap ini ketertarikan suka,
atau cinta untuk memilikinya. Tapi, aku ingin menganggapnya aku tertarik
padanya, hanya sebatas suka untuk dapat ilmu darinya.
Dia bukan guru. Mungkin. Sepertinya begitu.
Namun, apa yang dia sampaikan terkadang mengandung ilmu. Iya,
dia mengungkapkan dengan sebuah tulisan. kadang aku menganggapnya, kritikan.
Aku tahu dia masih jomblo sepertiku. Bukan bangga dengan
jomblo, tapi kenyataanya kita berdua memang jomblo. Jadi jika aku kita sama –
sama jomblo masih ada kemungkinan berjodo. Iya, berjodo. Kenapa enggak. Kan jodoh
bisa siapa aja. Memang benar, kadang orang yang di kenal, tapi bisa juga orang
asing. Bisa dikatakan jodoh masih rahasia, dengan garis bawah Impossible menjadi
Possible.
Meskipun kemungkinan itu ada, bukan berarti aku senang
lantas aku menyebutnya terus dalam do’a dan meminta kami berjodo. Jawabannya tidak.
Aku tidak memintanya, bahkan ketertarikan ini aku tak
memintanya khusus untuknya, karena aku selalu meminta Pria yang terbaik
menurut-Nya. Jika memang ada timbul rasa suka atau ketertarikan karena lainnya
menurutku wajar, normal, inilah manusia dengan nafsunya, apalagi pasangan halal
belum ada.
Jikapun aku ditanya, apakah aku menyukainya? Aku tak tahu
jawabannya. Karena aku tak berani mengatakan suka atau tidak dengan artian
Cinta yang sebenarnya sebelum ada kata SAH di awalnya.
Jadi, aku akan menganggap suka ini biasa.
Tetapi, jika ada pertanyaan apakah aku menyukainya? Iya aku
menyukainya, dengan artian cinta sebenarnya. Dengan catatan, ijab qobul telah
dilaksanakan.
Dan... bagi kami, rasanya bukan hanya aku saja, tetapi dia
juga. Rasa suka yang timbul sebelum pernikahan masih rasa suka gadungan,
maksudnya bukan sebenarnya, anggap saja cinta yang terlarang.
Maka, kami, rasanya bukan aku saja, dia juga pasti
berpendapat sama, tidak menganggap rasa tertarik dengan embel – embel suka
adalah cinta. Melainkan sebuah sponsor sebelum film dimulai, dan film tersebut
adalah pernikahan.
Holla kamu. Pria berwajah datar di seberang jalan.
Jika kita berjodoh, kita akan bertemu dalam serangkain baris
kata bersampul merah ditanganmu.
Tapi, jika kita tidak berjodoh, kita akan bertemu dalam
serangkaian baris kata bersampul biru ditanganku.
-Rasanya akan banyak yang salah paham ketika aku menyebutmu dalam tulisanku.-
Masih di Bumi, 29 Juni 2018
Tepat Pukul 19:40 WIB
0 comments